Fashion Footprint


Fashion FoorprintSiapa yang tidak kenal dengan online shop? Online shop adalah aktivitas berjual beli secara virtual melalui jaringan internet. Online shop berbeda dengan jual beli konvensional yang memerlukan tempat untuk berjualan, online shop hanya memerlukan tempat di website, media sosial, media komunikasi online (Misal : Blackberry Messenger, Whatsap). Menurut Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2013 kategori online shop yang paling banyak ditawarkan adalah pakaian. Menurut BMI Research tahun 2014 produk yang paling laku terjual secara online adalah pakaian 41% dan 40% aksesoris, kategori produk lain dibawah 40%. Berdasarkan data APJII dan BMI Research, produk fashion masih mendominasi dalam online shop.

Informasi yang diberikan secara online terhadap produk fashion biasanya hanya berupa ukuran, warna, bahan yang digunakan, harga, dan model. Informasi-informasi tersebut menjadi bahan pertimbangan konsumen untuk membeli. Namun saat ini pertimbangan konsumen diharapkan tidak hanya mengenai fitur produk fashionnya saja, tetapi juga mempertimbangkan dampak produk fashion terhadap lingkungan dan orang-orang dibalik produk fashion. Mengingat produk fashion ini menyerap tenaga kerja yang banyak serta penyumbang polusi setelah industri lain dan transportasi.

Fashion Footprint adalah sebuah platform interaktif yang menghubungkan konsumen produk fashion dengan alam dan orang-orang dibalik pakaian yang mereka pakai. Fashion Footprint memberikan cerita dibalik pakaian atau produk fashion yang akan dibeli oleh konsumen. Informasi yang dapat ditemukan dalam cerita tersebut diantaranya : bahan yang digunakan, proses produksi, berapa jumlah tenaga kerja yang tergantung pada perusahaan fashion tersebut, sejauh mana produk fashion tersebut dapat menjaga lingkungan. Fashion Footprint dapat diakses melalui smarphone, Katrine Damgaard pendiri Fashion Footprint usianya masih 24 tahun tapi keinginan Damgaard terhadap Fashion Footprint ini adalah ingin mengubah pola keputusan pembelian konsumen fashion ke arah yang lebih positif dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial sebagai bahan pertimbangan dalam membeli produk fashion. Tidak hanya dari sisi konsumen, Fashion Footprint juga mendorong para produsen produk fashion untuk mengubah pola produksinya dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial.

Apakah anda terpikirkan mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial saat membeli produk fashion?


Leave a Reply